Facelift, Kenali Manfaat, Risiko, dan Prosedurnya!

Hampir semua orang tentu ingin memiliki wajah tampak awet muda. Apalagi seiring pertambahan usia, kulit dapat kehilangan elastisitasnya secara alami sehingga memicu munculnya berbagai tanda penuaan, seperti garis halus dan keriput. 

Tak heran bila banyak orang mencoba berbagai cara agar tanda-tanda tersebut hilang atau tersamarkan, mulai dari cara alami hingga prosedur medis. Untuk hasil yang akurat dan lebih cepat, tindakan medis kerap menjadi pilihan. Salah satunya adalah facelift.

Apa Itu Facelift dan Manfaatnya?

Facelift, atau disebut juga tarik wajah, adalah prosedur bedah kosmetik untuk mengangkat atau mengencangkan jaringan wajah yang mulai mengendur atau bergelambir akibat pertambahan usia. Dengan begitu, tampilan kulit wajah menjadi lebih kencang dan tampak awet muda.

Proses pengencangan wajah dapat dilakukan untuk beberapa tujuan, seperti:

  • Tampilan pipi yang tampak kendur
  • Lipatan kulit di antara hidung dan sudut mulut
  • Kelebihan kulit di bagian rahang bawah
  • Tumpukan lemak di bagian bawah dagu atau leher

Dilihat dari tujuannya, facelift kerap dilakukan untuk tujuan estetika dan bukan untuk mengobati kondisi atau penyakit kulit tertentu, seperti kerusakan kulit akibat paparan matahari atau luka bakar.

Bagaimana Prosedur Facelift?

Facelift umumnya dilakukan pada pria atau wanita usia 40–70 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan prosedur ini juga dilakukan pada orang yang usianya lebih tua.

Sebelum prosedur facelift dilakukan, pasien akan berkonsultasi dengan dokter bedah plastik terlebih dahulu agar dokter mengetahui tujuan dan perubahan yang diinginkan. Selanjutnya, dokter akan bertanya seputar kondisi kesehatan pasien, termasuk obat-obatan dan riwayat prosedur bedah yang dijalani.

Setelah itu, dokter akan memeriksa kondisi area wajah dan kulit pasien untuk melihat apakah ada bekas luka atau kelainan pada bentuk wajah. Bila pasien sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, misal aspirin atau suplemen herba, dokter akan menganjurkan pasien untuk menghentikan konsumsinya sementara waktu.

Jika semua persiapan telah dilakukan, dokter akan mulai melakukan facelift. Prosedur ini biasanya diawali dengan pemberian obat bius, sehingga pasien tidak sadarkan diri selama tindakan berlangsung. Berikut ini adalah langkah-langkahnya:

  • Dokter akan membuat sayatan, mulai dari area pelipis, sekitar telinga, dan berakhir di kulit kepala bagian bawah.
  • Selanjutnya, dokter akan mengangkat kulit dan jaringan lemak dari otot dan jaringan ikat wajah.
  • Lalu, kulit akan ditarik hingga mencapai bentuk yang diinginkan dan kelebihan kulit akan dibuang.
  • Setelah selesai, dokter akan menjahit kembali sayatan dan menutupnya dengan perban untuk mencegah pembengkakan dan munculnya memar.

Facelift biasanya berlangsung selama 2–6 jam dan masa pemulihan tergantung kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.

Apa Saja Risiko Facelift dan Tips Selama Pemulihan?

Setelah prosedur facelift selesai dilakukan, dokter akan menempatkan selang kecil di bawah permukaan kulit, tepatnya di belakang salah satu atau kedua telinga untuk mengalirkan darah atau cairan berlebih.

Selama 2–3 minggu pertama, pasien akan mengalami pembengkakan pada wajahnya. Selain itu, risiko terjadinya infeksi juga dapat dialami pasien. Namun, untuk mencegahnya, dokter biasanya akan memberikan antibiotik sebelum dan setelah prosedur facelift.

Meski begitu, komplikasi pascaoperasi umumnya jarang terjadi, karena prosedur ini tergolong aman selama dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman. Hasilnya dapat terlihat 6–9 bulan setelah tindakan.

Untuk mempercepat pemulihan setelah prosedur facelift, ada beberapa hal yang perlu dilakukan pasien, yaitu:

  • Perbanyak istirahat dengan posisi wajah menghadap ke atas.
  • Konsumsi obat pereda nyeri sesuai dosis dan anjuran dokter.
  • Hindari melakukan gerakan berlebih di luka bekas operasi.
  • Gunakan pakaian dengan kancing depan.
  • Hindari menggunakan make up.
  • Hindari paparan sinar matahari langsung ke luka bekas operasi selama 3 minggu. 
  • Hindari mewarnai, memutihkan, atau mengeriting rambut selama setidaknya 6 minggu.
  • Oleskan gel dingin ke wajah untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi pembengkakan. Namun, pastikan di bawah pengawasan dokter.
  • Periksakan kondisi luka sayatan secara rutin ke dokter. Jika bekas luka operasi sudah kering dan menutup, dokter akan melepas jahitan.

Jika selama masa pemulihan, muncul gejala berupa perdarahan atau muncul nanah di luka bekas operasi, demam, atau nyeri hebat di area sekitar operasi, segeralah ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Bila Anda memutuskan untuk menjalani prosedur facelift, pertimbangkan lebih dahulu manfaat dan risikonya. Anda bisa berkonsultasi ke dokter untuk mengetahui seputar prosedur facelift lebih lanjut. Anda juga bisa bertanya prosedur medis lain untuk mengatasi masalah pada kulit wajah Anda.

 

Referensi:

American Board of Cosmetic Surgery (2023). Facelift Surgery Guide.

National Health Service UK (2019). Facelift (Rhytidectomy).

Johns Hopkins Medicine. Facelift.

Mayo Clinic (2022). Face-lift.

Northstate Plastic Surgery. What Is The Best Age for Getting a Face Lift?

Herndon, J. Healthline (2023). Facelift: Everything You Need to Know Before You Go.

Reservation Form

Send us a message via Whatsapp or fill the reservation form below. Our team will respond to you during business hours.